EKSPLORASI WISATA KOTA LAMA SURABAYA

Beberapa minggu ini menu explore pada akun instagram saya dipenuhi oleh postingan Kota Lama Surabaya. Karena saya pengagum hal-hal antik, tentu saja ketika saya melihat postingan tersebut saya ingin mengunjunginya. Langsung saja saya kirimkan postingan-postingan tersebut pada teman-teman saya dari berbagai circle. 

Saya berkesempatan mengunjungi Kota Lama Surabaya bertepatan dengan agenda piket pada libur akhir semester. Perjalanan menuju kesana memakan waktu sekitar 40-45 menit dari Keputih. Saya dan teman-teman memilih untuk memarkirkan motor pada tempat yang aman dan legal, yakni di Jembatan Merah Plaza. Untuk tarif parkirnya dikenakan biaya Rp5.000.

Oh iya, berdasarkan informasi yang saya cari. Bagi teman-teman yang mau berkunjung ke Kota Lama Surabaya tempat parkirnya disarankan di 2 lokasi yaitu Jembatan Merah Plaza dan Terminal Kasuari. Usahakan teman-teman parkir di tempat yang aman ya.

Setelah memarkirkan motor, kami langsung mengeksplorasi wilayah Kota Lama Surabaya. For your information, Kota Lama Surabaya menjadi kawasan kota tua paling luas di Indonesia. Pasalnya dalam Kota Lama Surabaya dibagi dalam 3 zona.

  1. Zona Eropa : Meliputi Jln. Jembatan Merah, Jln. Veteran, Jln. Sikatan, Jln. Rajawali, Jln. Kasuari, Jln. Glatik, Jln. Merak hingga Jln. Kepanjen-Kebonrojo. Pada zona ini terdapat permukiman dan perkantoran etnis Eropa di masa kolonial, serta keberadaan Penjara Kalisosok peninggalan Belanda.
  2. Zona Pecinan : Meliputi Jln. Karet, Jln. Kembang Jepun, hingga Jln. Panggung.
  3. Zona Arab : Meliputi Jln. Kalimas Udik, Jln. Sasak, hingga Jln. KH. Mansyur.

Destinasi pertama yang kami kunjungi tentu saja Jln. Rajawali, karena lokasi ini dekat dengan area parkiran motor. Disana kami sangat takjub dengan suasana di sepanjang Jln. Rajawali yang sangat kolonial banget, dimana banyak bangunan-bangunan yang bergaya eropasentris. Kami mengambil banyak foto-foto bangunan sekaligus mengabadikan momen yang ada disana. 

  • De Javasche Bank Surabaya

Destinasi utama yang ingin kami kunjungi adalah Gedung Internatio karena sedang ada event pameran fotografi dan lukisan. Akan tetapi, setelah kami berkeliling dan bertanya pada tukang becak dan Satpol PP di sekitar Jln. Rajawali ternyata banyak yang tidak tau lokasi Gedung Internatio. Hingga akhirnya kami menemukan Gedung Museum De Javasche Bank Surabaya.

Museum De Javasche Bank ini merupakan Museum Bank Indonesia yang berada di Jawa Timur. Lokasinya berada di Jln. Garuda No.1, Krembangan, Surabaya. Untuk biaya masuknya gratis dan teman-teman bisa langsung menuliskan daftar pengunjung di loket. 

Museum ini terdiri 2 lantai, di lantai 1 terdapat Ruang Koleksi Mata Uang Lama, Ruang Koleksi dari Konservasi, dan Ruangan Koleksi Harta Budaya. Di lantai 2 terdapat sejarah museum, ruang koleksi foto-foto lama Kota Surabaya, miniatur Kota Surabaya, lukisan-lukisan Kota Surabaya, hingga ada ruang khusus untuk melakukan transaksi keuangan pada jaman dulu.

Poin plus dari museum ini menurut saya sangat bersih, tenang, rapi, dan sejuk utamanya di lantai 2. Selain itu bangunan dan barang-barang didalamnya bernuasa antik namun cukup aesthetic sehingga banyak spot-spot foto, utamanya di lantai 2. Oh iya di dekat meja registrasi terdapat kantin yang menjual minuman dingin dengan harga standar, selain itu halaman depan museum cukup luas. Lumayan tempat ini bisa dijadikan opsi istirahat kalau sedang capek dan haus setelah berkeliling Surabaya Kota Lama.

  • Area Perkampungan Vintage

Setelah dari Museum, kami coba mengeksplor wilayah seberang jalan tepatnya di Jln. Glatik dan Jln. Mliwis. Sesuai dugaan saya disini terdapat bangunan-bangunan yang cukup tua sehingga kesan vintage-nya terasa sekali.

Menurut saya disini tidak ada tempat yang istimewa, hanya ada bangunan dan jalanan vibes kota lama yang cukup bagus untuk dibuat foto dengan gaya vintage. Selain itu, ketika saya berkunjung terdapat pembangunan gorong-gorong sehingga menggangu eksplorasi area ini karena jalanan cukup berdebu dan tidak kondusif.

  • Pabrik Siropen

Tempat ketiga yang saya kunjungi adalah pabrik sirup pertama di Indonesia, Pabrik Sirup Siropen Telasih. Tempat ini tidak bisa dikunjungi secara bebas seperti Museum De Javasche Bank, karena di dalam gedung ini area perkantoran sehingga banyak pekerja pabrik. Pengunjung bisa masuk ke gedung ini apabila membeli sirup, untuk harga sirupnya mulai dari 35k dengan berbagai rasa yang menggiurkan.

Di depan Pabrik Siropen terdapat spot foto yang cukup aesthetic sehingga cukup ramai pengunjung. Saya pun tidak ketinggalan untuk berfoto disana 😆

➹✿

Dari informasi penduduk lokal, lokasi bangunan di Jln. Karet jauh lebih old style. Namun karena hari sudah sore, kami memutuskan untuk menyudahi petualangan dan mencari masjid terdekat. Setelah dari masjid, kami pulang dengan melewati kawasan Kya-Kya. 

Kami kira di kawasan Kya-Kya terdapat banyak hal-hal yang berbau pecinan entah dari kuliner atau barang-barang yang china vibes gitu. Tapi ternyata ketika kami melewati Kya-Kya nuansa pecinannya lumayan dapat, namun kawasan itu dipenuhi pertokoan khas china town tapi tokonya hampir seluruhnya tutup. Sehingga terkesan china town yang mati :(

Kami berpikir mungkin karena belum diresmikan sehingga kawasan pecinan tidak seramai kawasan eropa. Karena kami berkunjung pada tanggal 26 Juni 2024 sedangkan Surabaya Kota Lama akan dibuka secara resmi pada tanggal 27 Juni 2024.

Meski demikian, kami tidak kapok berkunjung kesini. Lain kali kami akan berkunjung dan mengeksplorasi kawasan yang belum kami kunjungi. Semoga pada saat itu sarana dan prasarananya sudah lebih siap dan pengunjung menjadi lebih nyaman menjelajahi Surabaya Kota Lama.

Sidoarjo, 28 Juni 2024  
Sandyakala💖

Comments