Cheer Up! Belajar Menikmati Masa Muda dari K-Drama Favoritmu

*Disclaimer: Cerita ini lebih banyak di ceritakan dalam sudut pandang Hae-yi

Saya memiliki kebiasaan sembari menyetrika baju, biasanya saya lakukan sambil menonton K-Drama. Biasanya K-Drama yang saya tonton pada waktu ini bukanlah K-Drama yang saya ikuti secara on going, karena kalau K-Drama on going pasti saya harus dalam fokus penuh ketika menontonnya. Waktu itu saya iseng-iseng nonton K-Drama "Cheer Up" yang ada di VIU. Awalnya saya tertarik dengan posternya karena terlihat colorful, apalagi setau saya menceritakan tentang pemandu sorak, pasti seru pikir saya.

Pada episode awal saya pikir K-Drama ini akan berfokus penuh mengenai perjuangan menjadi seorang pemandu sorak (seperti pada K-Drama Cheer Up tahun 2015, tapi nyatanya tidak. K-Drama ini juga dibumbui dengan misteri tentang ramalan untuk grup pemandu sorak "Theia" Universitas Yonhee. Bisa dibilang Cheer Up 2022 lebih fresh dengan suguhan ala-ala musical ketika grup 'Theia' sedang show diatas panggung, serta cerita love-line setiap tokohnya yang menarik untuk diikuti dengan ditambah kisah menegangkan dari teror ramalan buruk untuk grup 'Theia'.

Theia, grup pemandu sorak Univeritas Yonhee yang telah bertahan selama 50 tahun pada tahun ajaran ini terancam dibubarkan akibat sedikitnya anggota baru yang bergabung. Melihat hal ini alumni dan mantan ketua 'Theia', Bae Young-woong mengamati mahasiswa baru manakah yang potensial untuk diajak bergabung. Dapatlah Jin Sun-ho, cowok populer di jurusan kedokteran. Young-woong berpikir apabila Theia merekrut cowok populer dalam tim mereka maka besar kemungkinan banyak anak-anak lainnya akan mengikutinya. Young-woong mengetahui bahwa Sun-ho menyukai Hae-yi karenanya Young-woong memberikan penawaran untuk Hae-yi agar mau bergabung di grup pemandu sorak agar Sun-ho juga ikut bergabung. Hal ini berhasil dilakukan, Hae-yi dan Sun-ho keduanya bergabung dalam tim.

🌙

Mengejar uang atau passion?

Do Hae-yi merupakan mahasiswa baru Universitas Yeonhee. Ia merupakan sosok yang energik, ceria, dan pekerja keras. Sejak ayahnya meninggal waktu usianya masih muda, Hae-yi menjadi tulang punggung di keluarga. Kondisi finansialnya yang sangat tidak stabil membuat Hae-yi harus melakukan banyak pekerjaan paruh waktu di sela waktu kuliahnya. Untuk membantu keluarganya dan mengamankan masa depannya, ia membutuhkan banyak uang. 

Kesibukannya dalam bekerja paruh waktu membuatnya tidak memiliki waktu untuk bermain dengan teman sebayanya dan juga berkencan, bagi Hae-yi "berkencan merupakan suatu kemewahan". Hal terpenting dalam hidupnya adalah uang, ia sangat ketat apabila menyangkut uang. Ia hanya ingin melakukan hal yang terbaik untuk keluarga, membayar biaya les masuk perguruan tinggi adiknya, memenuhi kebutuhan keluarga, membayar kuliah, lulus kuliah dan mendapat pekerjaan yang bagus. 

"Ibu, kenapa menjadi orang miskin itu menyebalkan? Tidak ada masa depan, hanya ada masa kini. Untuk merencanakan masa depan, aku butuh banyak uang. Namun aku terlalu sibuk untuk membayar masa kini. Jadi aku tidak bisa merencanakan masa depan. Itu sebabnya menjadi miskin menyebalkan. Untuk memutus rantai kemiskinan ini, aku butuh banyak uang. Aku tidak bisa hidup dipandang seperti kelas bawah selamanya" - Do Hae-yi

Young-woong memberikan penawaran pada Hae-yi untuk bergabung dengan grup pemandu sorak dengan bayaran setiap bulannya, tawaran ini cukup menarik bagi Hae-yi. Ia tidak perlu bersusah payah melakukan banyak pekerjaan paruh waktu dan bayaran yang diberikan Young-woong pun cukup lumayan baginya. Singkat cerita, Hae-yi diterima sebagai pemandu sorak 'Theia'. 

Menjadi pemandu sorak membuat Hae-yi harus meluangkan waktu lebih banyak untuk latihan, karenanya ia harus memiliki tenaga ekstra untuk melakukan pekerjaan paruh waktu setelah latihan usai. Ketika akan ada event besar, jadwal latihan pemandu sorak lebih padat dari biasanya. Hal ini membuat Hae-yi merasa frustasi dan berkali-kali berpikir untuk keluar dari tim. Namun jika Hae-yi keluar sebelum 1 bulan, ia bisa-bisa tidak digaji oleh Young-woong. Disinilah Hae-yi bimbang antara memutuskan keluar untuk fokus pada pekerjaan paruh waktunya atau bertahan untuk mendapatkan gaji 1 bulannya?

Ditengah kebimbangan itu, Hae-yi bertanya pada Jung-woo (kapten Theia) hal apa yang membuatnya tetap bertahan menjadi kapten pemandu sorak disaat teman seumurannya sedang sibuk mencari kerja. Apakah Jung-woo tidak cemas mengkhawatirkan masa depannya yang 'tertinggal' dengan teman seangkatannya?

"Aku cemas. Tidak apa-apa, aku menyukainya. Terkadang aku bertanya-tanya kenapa aku melakukan ini. Namun ada momen yang membuatmu melupakan semuanya" - Park Jung-woo

Baca juga 4 Alasan Kamu Wajib Nonton K-Drama It's Okay Not To Be Okay

🌙

Dinamika usia 20-an.

Saya menyukai K-Drama ini karena menceritakan bagaimana perjuangan mahasiswa yang berusia 20-an (usia mahasiswa Korea) menghadapi berbagai tekanan dan kecemasan menuju proses kedewasaan. 

"Guys, jadilah bebas dalam hidup ini. Jadilah bebas selama kamu tidak melanggar hukum apapun. Jangan mencoba untuk menyimpan perasaanmu sendiri terlalu banyak. Carilah pengalaman yang kamu bisa sebanyak mungkin. Sehingga kamu tidak akan menyesal." pesan Na Jung-sun, mantan ketua Theia untuk menyemangati mahasiswa baru.

Jika menelisik pada keilmuan psikologi, usia 20 merupakan masa dewasa awal dimana pada usia ini individu berada dalam usia pengaturan. Usia pengaturan merupakan usia untuk menata diri sebelum masuk ke tahap selanjutnya (dewasa madya). Pada usia ini individu harus banyak belajar, melatih diri untuk semakin matang,  sabar,  rasional dan ikhlas dalam menghadapi konflik baik dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain. Dengan rentang waktu dewasa awal yang cukup lama (20-40 tahun) individu harus belajar berbagai aspek psikologis untuk memasuki usia pemantapan, diantaranya:

  1. Pengendalian emosi dalam menghadapi berbagai kondisi dan situasi
  2. Mempertahankan pola berfikir rasioanal dan objektif dalam melihat setiap masalah yang terjadi
  3. Bijaksana dalam setiap bersikap dan perilaku 
  4. Memahami kelebihan dan kekurangan diri 

Hae-yi mencoba bertahan hingga masa kontraknya selesai. Setelah ia sukses tampil sebagai pemandu sorak pada festival pertama, ia mulai menemukan energi dan gairah masa mudanya dengan tampil berdiri diatas panggung. Lalu Hae-yi memutuskan untuk mengakhiri kontrak dengan Young-woong bukan semata-mata karena uang, namun karena menjadi pemandu sorak perlahan-lahan memberinya lebih banyak tujuan hidup. Dengan kesadaran dirinya, ia memutuskan untuk tetap berada di Theia meskipun tanpa bayaran.

"Pernahkah barang-barangmu disita untuk sementara? Setelah barang kami disita untuk sementara, ayahku didiagnosa menderita kanker perut. Untuk menghasilkan uang guna pengobatan ayahku, Aku cuti dari kampus selama dua tahun. Memandu sorak memberiku dendam untuk bertahan" - Young Woong 

Hae-yi belajar bahwa hidup tidak harus bergantung pada uang. Ia memutuskan untuk tidak menyerah pada apa yang ia sukai menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya, ia memilih pilihannya sendiri. Semenjak ayahnya meninggal, ia banyak mengorbankan kebebasan dan keinginannya untuk membantu keluarganya. Karenanya momen tersebut sangat mengharukan dimana dia sekarang bisa memberikan waktu untuk dirinya menikmati masa-masa kehidupan perkuliahan, termasuk kisah cintanya mulai bersemi dengan kapten Jung-woo.

🌙

Jangan tumbuh terlalu cepat, nikmatilah masa mudamu hari ini.

Menjadi tulang punggung keluarga, menjadikan Hae-yi tumbuh dewasa lebih cepat dari pada teman seusianya. Ia terbiasa memikirkan kebutuhan apa saja yang harus di bayar serta apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan uang tersebut. Ia tidak menyadari bahwa selain mengurus rumah dan keluarga, ia juga perlu mengurus dirinya sendiri dan menemukan kebahagiaannya.

Hae-yi: Kenapa aku sangat kekanak-kanakan? Ini bukan saatnya untuk itu. Aku tidak punya waktu atau uang, tapi aku ingin melakukan apa yang dilakukan orang lain"

Mom: "Kamu punya satu hal yang bahkan sangat diinginkan orang kaya. Kamu masih muda, dengan itu, kamulah juaranya" 

Hae-yi: "Jika ada yang mau membelinya, aku akan segera menjualnya. Aku tidak sabar menjadi tua dan menikmati hidupku dengan kekayaan"

Berkaitan dengan uang Hae-yi selalu menjadi pribadi yang egois, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. Ia memarahi adiknya yang tidak ikut bimbel, marah pada ibunya yang beli suplemen kulit dari produk yang di iklankan di TV, bahkan merendahkan dirinya pada perbuatan yang tidak seharusnya ia lakukan. Semua itu ia lakukan agar kedepannya keluarga mereka tidak kesulitan ekonomi serta ia dan adiknya bisa memiliki pekerjaan yang stabil. 

"Kamu juga harus memakai barang bagus. Kamu harus melakukan apa yang kamu inginkan dalam hidup. Jangan terlalu mencemaskan uang. Kamu masih muda" - Ibu Hae-yi

Ketika ibunya didiagnosa menderita kanker, Hae-yi bekerja keras menanggung biaya pengobatan ibunya disamping pengeluaran rumah tangga lainnya. Karenanya ia memutuskan hubungannya dengan Jung-woo dan keluar dari Theia. Hal ini ia lakukan agar ia lebih punya banyak waktu dalam bekerja dan tidak membebani pengeluarannya hanya sekedar untuk kencan. 

Hae-yi mendapatkan apa yang ia inginkan, break dengan Jung-woo dan keluar dari Theia. Meski terkadang ia merindukan masa-masa ketika latihan dan kumpul bersama, ia menahan diri untuk fokus dalam pekerjaannya. Ketika berbicara hati ke hati bersama Sunja, runtuhlah pertahanan diri Hae-yi yang selalu berpandangan positif, menunjukkan sisi cerianya, dan selalu melakukan yang terbaik. Hae-yi merasa permasalahannya kali ini berat dan ia tidak sanggup menghadapinya.

"Terkadang aku berpikir kamu sangat mengesankan. Kamu seperti orang dewasa. Namun, jangan tumbuh terlalu cepat. Itu akan membuatmu terlalu kesepian. Kamu bisa merengek di depanku. Kita bisa melalui ini bersama. Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja" - Sunja

Baca juga Rekomendasi K-Drama Yang Tampilkan Hubungan Green Flag

Ditengah masa sulit inilah teman-teman setim pemandu sorak datang memberikan dukungan moral dan materil pada Hae-yi. Hae-yi merasa sungkan atas bantuan materil yang diberikan, karena ia terbiasa mengatasi masalahnya sendiri sehingga ketika diberikan bantuan ia merasa harus membalas budi. Namun Hae-yi mendapat pandangan berbeda dari Young-woong yang membuatnya menerima bantuan yang diberikan.

Young-woong: "Jika ada yang menawarkan bantuan, terimalah. Serta balas mereka nanti. Itulah kehidupan. Tidak apa-apa melakukannya. Begitulah semua orang hidup"

Hae-yi: "Tetap saja aku merasa tidak enak mengambil tanpa memberi"

Young-woong: "Hidup telah mengajariku bahwa kamu tidak akan pernah bisa terlalu perhitungan pada berapa yang harus diberikan dan berapa banyak yang harus diambil. Tidak apa-apa mengambil tanpa memberi, Hae-yi. Bersyukurlah saja. Serta nanti saat kamu bisa menawarkan untuk memberi, bermurah hatilah kepada orang lain. Itu yang akan kamu lakukan". 

Dengan Jung-woo, Hae-yi jujur bahwa awalnya ia ingin mengatasi masalahnya sendiri, namun pada akhirnya ia mendapat bantuan. Hae-yi bertanya apa Jung-woo tidak membencinya karena memutuskan hubungan mereka, namun Jung-woo memaklumi keputusan Hae-yi.

"Saat di Busan, kamu bertanya kepadaku apa aku tidak kesepian sendirian. Aku sungguh berpikir aku baik-baik saja karena tidak tahu bagaimana rasanya bersama seseorang. Namun, setelah bertemu denganmu, aku belajar seperti apa rasanya bersama seseorang. Lalu aku berpikir jika aku seperti sekarang, masa-masa itu akan sepi. Itu akan sama untukmu. Jadi, aku ingin berada di sisimu agar kamu punya seseorang untuk bersandar. Agar kamu tidak kesepian. Biarkan aku bersamamu. Dua mungkin lebih baik daripada satu" - Park Jung-woo

Duh jadi ikutan baper deh saya nulisnya :(
Ya Allah semoga jodoh saya seperti spek-nya Jung-woo 🙏

🌙

Begitulah kiranya akhir dari kisah manis drama ini. Saya mendapat banyak pelajaran dengan berkaca pada kehidupan Hae-yi, karena kami sama-sama anak pertama dan sifat saya tidak jauh berbeda dengan Hae-yi. Iya, saya masih sering berfokus meraih masa depan dan tidak menikmati masa kini. Hingga saya menyadari bahwa masa kini berjalan bergitu cepat serta masa depan yang saya perjuangkan tidak nampak ujungnya, dan akhirnya saya merasa useless, lelah dengan perjuangan yang tidak ada akhirnya.  

Masa muda adalah sekarang - tagline Theia

***

Saat usiaku 20 tahun, aku penuh gairah dari romansa yang tidak disengaja. Jika waktu itu tidak ada, aku tidak akan tahu sampai sekarang seberapa besar kekuatan yang bisa didapatkan dari saling mendukung. Setiap kali kita menghadapi kesulitan dalam hidup, kita akan mengingat kenangan di masa itu. Kenangan menjadi dukungan kuat untuk satu sama lain." - Do Hae-yi

Comments